Tuesday 8 July 2014

Beberapa Minggu Setelah Perpisahan Kecil Kita.

Untuk kamu, yang sedang berada di kampung halamanmu.

Jujur saja Tuan, setelah hari itu. Hari dimana kita tak akan bertemu untuk beberapa bulan kedepan, hari dimana sebuah perpisahan kecil akan dimulai. Jatungku bedegup cepat pagi itu, aku merasa ada yang kurang dengan penampilanku hari ini padahal biasanya aku juga seperti ini saat akan berangkat ke kampus. Tiba-tiba aku terkulai lemas di tepi kasur kamar kos ku. Aku diam selama beberapa menit. Entah apa yang membuat aku terduduk seperti ini. Aku mendongak ke atas. Dimana terpajang jelas foto kita berdua. Aku tersenyum kecil melihatnya. Kecut. Sedih. Aku merapikan kembali pakaianku dan bergegas menuju kampus.

Aku memarkir sepeda motor buntut bawaan dari rumahku. Aku bangga menaikinya. Setidaknya motor ini aku beli dengan uang sendiri. Sudah. Aku berjalan melewati korodor kampus. Menaiki anak tangga satu demi satu dan sampailah aku pada sebuah kelas yang sekarang terasa sangat bising namun kosong untukku. Aku belum melihatmu. Mataku tak mau diam, berusaha mencari sosokmu. Hatiku gemas ketika mendengar langkah kaki yang serupa dengan langkah kakimu dan ternyata itu bukan dirimu. Sampai dosen pengajar masuk, ku tak melihatmu. Ku coba mengirim pesan singkat padamu berkali-kali. Nihil. Tak ada jawaban. 

Selang beberapa menit, aku mendengar derap langkah kaki yang aku yakin itu pasti milikmu. Ya. Dugaanku tepat. Kamu memasuki ruang kelas dengan sangat santai tanpa peduli apapun. Aku semakin gemas dibuatmu. Ingin aku teriak di samping telingamu. Apakah kamu tidak melihat kecemasanku. Namun, lupakan saja tentang kecemasan dan sebagainya. Kini senyumku mengembang karena hadirmu. Terima kasih Tuan pemilik derap kaki yang membuat jantungku berdegup lebih cepat.

Kini tiba juga dimana kita berpisah. Ini hanya sementara, kamu meyakinkanku. Aku mengiyakan saja. Aku tahu, kamu lebih rapuh dan berusaha untuk tak membuatku menangis sebelum berpisah. Kamu mengajakku seharian penuh bersamamu. Mulai dari makan di warung soto kesukaan, makan icecream se-box penuh dan dibuat mainan serta hal-hal membahagiakan lainnya.

Namun, aku tak bisa menutupi bahwa sekarang aku benar-benar merindumu. Rinduku bertumpuk dengan sesak dipenuhi pilu. Tuan, aku merindumu. 

Kediri, 8 Juli 2014
Untuk KITA dan Rindu.