Wednesday 29 January 2014

Tentang Aku dan Masalalumu

Ini bukan tentang penyesalan. Bukan tentang sebuah penghianatan. Bukan pula tentang apa yang sedang kau rasakan padaku sayang. Ini tentang rasa cemburu yang menggerogoti habis seluruh rongga dalam hati kecilku ini. Ini tentang sebuah rasa sedih yang telah menyerang lubuk hati yang sedang rindu ini. Betapa tidak sedih ketika seseorang berkata padaku lewat akun sosial medianya. Ia memang tidak menunjuk langsung ke arahku. Tapi aku merasakannya. Dia berkata betapa kau lebih buruk sekarang. Iya, ketika kau bersamaku. Dia berkata betapa hanya dia yang mampu membuatmu bahagia bukan aku.

Tentang dia yang aku ceritakan diatas. Dia adalah masalalumu yang hingga saat ini masih hadir dalam hidupmu beriringan dengan hadirku. Betapa aku tidak merasa kecil jika saat ini dengan sangat kurang ajar aku mencoba menggenggam tanganmu dan memelukmu sementara disana dia lebih tau tentang kamu. Dia yang dengan tawa lepasnya mencoba meraihmu kembali, dia yang dengan santainya mencoba mendekat perlahan padamu. Aku bisa apa?. Bahkan untuk melawannya aku tak mampu. Dia yang pernah kau cintai. Dia yang dulu selalu hadir dalam setiap detik dihidupmu.  

Tentang aku. Jika aku boleh jujur, untuk saat ini aku merasa tak baik-baik saja sayang. Kamu tahu ? ketika aku membaca jajaran huruf pada akun sosialnya yang aku yakin itu diperuntukkan untukmu, aku hanya mampu berlinangan airmata membacanya. Aku merasa bukan siapa-siapa karenanya. Aku takut. Aku bahkan sadar bahwa aku tak pantas disejajarkan dengannya. Entah, apa yang aku fikirkan ketika aku membaca tulisan-tulisan itu. Aku hanya merasakan nyeri di ulu hatiku. Aku sesak. Aku tak mampu mengungkapkannya padamu. Aku merasa pipiku mulai basah oleh air yang dihasilkan mata bundarku. Aku sesenggukan. Tak karuan.

Sebenarnya aku tak menyalahkan dia (masalalumu) hadir kembali dihidupmu. Sepenuhnya aku sadar, akulah orang baru dalam hidupmu. Jatuh cinta padamu melalui tulisanmu. Akulah orang yang dengan lancangnya minta kau temani dalam setiap waktu. Akulah yang dengan sangat kurang ajar memeluk segenap hatimu yang pernah dirobek habis olehnya. Akulah yang dengan tak tau diri mengharapkan masa depan bersamamu dengan impian-impian yang pernah kita berdua utarakan satu sama lain. Saling membahagiakan, ucap kita secara bersamaan.

Sekarang, akulah yang sadar bahwa aku terlalu takut kehilanganmu. Aku takut karena kita masih sangat belia untuk mengenal kehidupan kita satu sama lain. Dibandingkan dengan masalalumu yang telah melewati segalanya bersamamu dulu. Ini yang menjadikan nyaliku lebih menciut dari sebelumnya. Aku terlalu takut untuk kehilangan yang kedua kalinya .


Kediri, 29 Januari 2014
Mendung, sore ini.

1 comment: