Tuesday 29 April 2014

Mencintaimu (Nyeri)

Mencintaimu itu seperti dilep yang menyiksa perutku setiap bulan. Betapa tidak, ketika hatiku harus merasakan nyeri yang sama sakitnya dengan nyeri datang bulan, iya; ketika cemburu. Ketika cemburu aku harus merasakan nyeri di ulu hati. Aku memang tidak suka melihat kamu dekat dengan wanita lain pun wanita itu adalah teman dekatku sendiri. Entah cemburuku ini sudah bisa disebut cemburu akut yang memang tak bisa disembuhkan atau ini hanya kelabilan anak remaja yang baru menginjak usia 18 tahun beberapa bulan yang lalu.

Untuk merasakan dilep yang begitu menyiksa aku sudah siap obat anti nyeri saat haid. Namun ketika aku harus merasakan cemburu? Adakah obat yang bisa menghilangkan sakitnya?. Aku selalu berusaha meredam sakitnya cemburu dengan menulis dan tidur. HAHA! nyatanya? selalu tak berhasil menghilangkan ketakutanku. Aku terlampau takut jika saja kamu tertarik kepada wanita lain yang mungkin lebih segalanya dari aku. 

Tentang siapa aku, kau tentu tahu bahwa aku hanya seorang anak umur 18 tahun yang masih suka menangis dan marah tiba-tiba. Aku hanya anak yang memiliki tubuh tiodak langsing, hidung tidak mancung, dan segala hal yang tak diinginkan oleh wanita seusiaku tentunya. KESEMPURNAAN, haruskah dengan nilai fisik?. Awalnya aku begitu minder dengan apa yang aku miliki. Namun ibu selalu berkata padaku :

"Ndak boleh menyesali apa yang telah dimiliki, toh cantik itu bukan dari luar. Adek tetep cantik kalau adik suka tersenyum dalam keadaan seburuk apapun. Semua itu ada kurang dan lebihnya. Semua ada saat naik dan turunnya. Adek tak perlu takut. Adek tetep gadis kecilnya ibu. You're my princess darling"

Selalu kata-kata itu yang membuat aku bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan olehku. Sampai pada titik kulminasi, aku harus merasakan titik terendah dari diriku ketika aku menganggap kedekatanmu dengan teman wanitamu itu terlampau jauh. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, aku juga tidak tahu. Ini aku alami setiap aku melihat kamu bercanda dengan dia. Aku merasakan bahwa aku ini bukan siapa-siapa. Aku memang tidak cantik. Aku juga tidak sempurna secara fisik. Tapi, akan kupastikan, dalam hal mencintaiku akulah pememang yang akan kau perjuangkan kelak.

SURABAYA. April 2014
"Ruang Aplikom"


Monday 28 April 2014

Silahkan Menggoda Kekasihku, Jika...

"Silahkan menggoda kekasihku jika dia tergoda maka akan kuucapkan padamu beribu terimakasih karena kamu telah menunjukkan orang yang tidak tepat untuk ku. Silahkan menggoda kekasihku jika dia TIDAK tergoda maka akan kusampaikan pula beribu terimakasih karena kamu telah menunjukkan orang yang pantas meminangku"

Ketahuilah kekasih, betapa sering aku cemburu padamu. Namun entah karena apa, aku tak mampu mengungkapkannya padamu. Aku selalu bisu. Aku selalu tiba-tiba menjadi orang goblok yang hanya tersenyum dengan hati yang tergerus rasa cemburu. Aku selalu merasa menyesal karena aku tak mengungkapkan cemburuku padamu. Aku selalu merasa menjadi wanita paling bodoh ketika mulutku dengan aman terkunci tanpa mengucap satu patah katapun. 

Kau tahu? Betapa sering aku tiba-tiba kehilangan moodku hanya karena aku tak suka melihat kau didekati oleh wanita lainnya. Betapa sering aku tiba-tiba cuek kepadamu? iya, itu karena aku juga sedang cemburu. Aku sadar, aku tahu dan paham bahwa aku memang tak ada baiknya dibanding dengan wanita lainnya. Aku? aku hanya anak umur 18 tahun yang masih suka merajuk ketika meminta sesuatu, masih senang membanting dan melempar sesuatu ketika marah, masih hobby membaca majalah dongeng ketika libur atau hari minggu. Iya; aku tak bisa  berdandan. Pakaianku hanya kaos dan rok yang kukenakan seadanya. Aku tak bisa bersolek. Mukaku selalu dipenuhi minyak ketika siang, keringat juga selalu mengucur deras di pelipis mataku ketika aku kegerahan. 

Aku sering sekali bertanya pada diriku sendiri. Kutatap cermin di depanku,

 "Apakah kau sudah mampu berkasih, nak?" kataku dalam hati. 

Melihat betapa besar pipiku, aku tersenyum. Ibu selalu mengatakan padaku 

"Nduk, kamu ini masih kecil dan akan selalu menjadi gadis kecilnya ibu"

Terkadang aku memang tak suka jika ibu berkata demikian ketika aku bercerita atau sekedar bincang-bincang tentang hubunganku dengan kekasihku.

Kekasihku adalah orang yang sangat simpel. Jauh lebih simpel dari kalimat simple present tense. Namun sungguh, aku mencintainya dari apa-apa yang telah diciptakan oleh Nya. Aku tidak mampu membuat alasan kenapa aku jatuh cinta kepadanya ketika banyak orang diluar sana yang bertanya:

"Kamu? Beneran kamu sayang sama dia?"

Aku hanya tersenyum. Bagiku, kekasihku adalah segala hal yang tak terdefinisikan oleh kata-kata. Aku mencintainya. Sering sekali ketika aku sedang berada dilingkungan kampus, teman-teman wanitanya menitipkan salam padanya. Aku boleh cemburu? Kurasa aku tidak berlebihan jika aku cemburu. Kejadian seperti sering sekali membuat aku bertengkar sendiri dengan hatiku. Aku sebenarnya cemburu. Aku tidak menyukai banyak wanita yang mencoba menitipkan salam padanya, duduk disampingnya, sekedar mengobrol dengannya, sekedar nongkrong dengannya. AKU TIDAK SUKA!. 

Namun aku bisa apa?. Mulutku selalu mengatup tak berdaya jika sedang bersamanya. Aku selalu tak mampu mengungkapkan kecemburuanku padanya. Yang sering aku lakukan hanya mengucapka kata-kata "Silahkan menggoda kekasihku jika dia tergoda maka akan kuucapkan padamu beribu terimakasih karena kamu telah menunjukkan orang yang tidak tepat untuk ku. Silahkan menggoda kekasihku jika dia TIDAK tergoda maka akan kusampaikan pula beribu terimakasih karena kamu telah menunjukkan orang yang pantas meminangku"  . Setidaknya kata-kata itu sedikit membuatku tenang dan  yakin jika kekasihku akan selalu memegang erat janjinya.

SURABAYA. 28 April 2014
"Untuk Siapa Saja Yang Berusaha Menggoda Kekasihku"



Saturday 26 April 2014

Tugas, Kartu Provider dan Rindu

Aku terkantuk-kantuk menatap layar komputer jinjing yang sejak tadi pagi menamaniku. Bukan begitu sebenarnya, aku memang sedang mengerjakan tugas yang sedemikian banyak sehingga mataku 'diperkosa' untuk menatap layar laptop ini lebih lama hari ini. Aku mengguman dalam  hati, kenapa harus semuanya membutuhkan latop ini. Aku capek, bukan bukan! lebih tepatnya mataku. Aku mulai bosan. Bagaimana tidak? sejak tadi pagi aku telah bergumul dengan laptop yang kira-kira sudah 3 tahun lebih menemaniku dalam suka maupun duka (sumpah yang ini lebay badai). 

Oke. Kembali pada fokus. Mataku mulai tidak bersahabat dengan layar kotak berwarna dan tombol-tombol huruf yang harus aku pencet-pencet demi mendapatkan sebuah kata yang runtut. Bosan. Aku memutuskan merebahkan badanku sebentar, Lamat-lamat aku menatap langit-langit kamar kos ku yang sumpek. Aku teringat pada benda kecil yang biasa aku sebut hape yang dari tadi tak bersuara sama sekali. Maklum provider yang aku gunakan mengalami perbaikan sinyal. Sial ! aku tak mendapat satu pesan singkat dari orang yang sejak tadi aku tunggu. Iya, benar. Kekasihku. Aku mencoba memencet nomor bertuliskan namanya (tentu bukan nama sebenarnya, bukan?). Dan lagi-lagi suara cewek terdengar sangat menyebalkan, aku tak mungkin cemburu pada cewek ini bukan?. Iya; mbak-mbak operator yng selalu setia dan mau saja disuruh berbicara "Maaf nomer yang anda hubungi sedang berada diluar jangkauan" berkali-kali. Diluar jangkauan bathukmu ? Gang 5 dan gang 9 kan tidak jauh? Ada-ada saja memang ulah provider jika ingin  menaikkan tarif telefon atau smsnya. 

Yasudah. Saya menyerah pada keadaan. Kembali lagi saya menoleh pada laptop yang masih setia menyala dengan iringan lagu dari Bryan McKnight yang membuat saya sebenarnya sangat ingin memejamkan mata. Namun tugas telah berkuasa atas diri saya, mau tidak mau saya harus tunduk padanya. Jemari saya yang memang kurang lentik ini mencoba menari diatas tombol-tombol keyboard laptop saya. Saya kerjakan satu demi satu tugas yang telah membelenggu saya akhir-akhir ini. 

Satu jam kemudian. Selesai? TIDAK SAMA SEKALI. Justru pikiran saya tidak terfokus pada tugas yang sedang bertatapan dengan saya. Iya; saya kembali melihat layar hape saya yang memang sepi sekali dengan penuh sarang laba-laba disana (yang ini gak bener). Saya memang mengambil ponsel namun saya mengurungkan niat saya untuk menghubunginya karena saya tahu bahwa lagi-lagi suara perempuan itu yang mengangkatnya. Mbak Operator yang setia dengan kalimat-kalimatnya. 

Sebenarnya saya rindu. Namun  sepertinya provider yang saya gunakan tidak mengerti tentang rindu. Mungkin dia hanya mengerti tentang prinsip ekonomi. Yasudah, bisa apa saya? Akhirnya saya memutuskan merebahkan diri dan memeluk guling dengan muka yang mengenaskan dan smpai pada akhirnya saya tertidur pulas hingga saya menyelesaikan tulisan ini.

Surabaya. Minggu Siang
12:49 WIB

5 Bulan Bersamamu

Aku tak pernah tahu dan tak menyangka bisa tetap menggandeng tanganmu hingga sekarang. Bisa tetap memeluk tubuhmu hingga saat ini. Bisa tetap cemburu padamu ketika kau didekati oleh siapa saja (cewek). Bisa tetap menikmati amarahmu yang tiba-tiba ketika kau tak senang dengan apa yang aku lakukan. Bisa tetap menikmati indah lengkung senyummu ketika tersenyum. Bisa tetap merasakan hangat cium yang kau daratkan tepat di keningku. Segalanya masih tetap sama seperti awal dari kata "KITA".

26 November 2013. Tahun lalu. Aku saat itu memang sedang tak tau apa-apa yang sedang aku rasakan padamu. Segalanya indah menurutku. Rasanya hebat ketika dadaku berdesir melihatmu. Segalanya indah ketika Tuhan mulai menitipkan dan menanam rasa ini padamu. Sampai pada akhirnya kau pun ternyata memiliki rasa yang sama. Iya; tepat lima bulan yang lalu. Sore itu, bahkan aku masih mengingat detail kejadian mengharukan sekaligus membahagiakan yang menjadi awal perjalanan kita. Tepat puku 15.10 WIB di tangga kampus kita, kau mengungkapkan segala apa yang kau rasa. Aku terkejut ketika kau mengatakan hal itu. Namun entah kekuatan apa yang sedang ada padaku, aku tak dapat mengelak jika aku dan kau memang memiliki rasa yang sama. Iya; Cinta. 

Awal perjalanan kita dimulai. Awalnya hari-hari kita memang indah namun tak dapat dipungkiri jika dalam suatu hubungan timbul pertengkaran bahkan perbedaan pendapat. Aku dan kau sering melakukan ini, bukan?. Aku sering membuatmu kesal dengan perbuatanku yang terkadang lepas kontrol dengan orang lain. Bahkan kau menilai bahwa aku lebih lepas ketika tertawa saat aku bersama orang lain. Dan saat begini kau lebih memilih diam. Ya; aku menyebutnya marah. Hal-hal semacam inilah yang ternyata dapat menguatkan kasihmu padaku. Aku sadar, kau begitu menyayangiku hingga kau tak mau hal paling sensitifku (hati) tersentuh oleh orang lain dan aku menghargai itu. Bahagia telah menjadi kata yang selalu aku ucapkan ketika aku dengan diam-diam menatap wajahmu. 

Tak jarang ketika sujudku disepertiga malam, aku membawa namamu di dalam doaku. Aku telah merancang hal-hal indah di masa depan; bersamamu. Aku ingin terus menjadi penyebabmu bahagia. Aku tak pernah tau apa yang Tuhan rencanakan. Namun aku harap Ia tersenyum ketika melihat kita yang tetap berjuang bersama.

Surabaya. 26 April 2014
"Secuil Kisah Bahagia yang akan utuh pada masanya"

Mengajarkan; Hati

Mengajarkan pada hati
Dimana ia harusnya menempatkan diri
Bukan menghanyutkan diri pada awan
Bukan menenggelamkan diri pada panas matahari
Atau menyandarkan diri pada indah lingkar pelangi

Ya Rabb
Dalam sujudku
Ku mohon padamu
Jika ini memang jalanku
Lapangkanlah hatiku

Surabaya.

Melipat Rindu

Tak ada yang berbeda dari tatapanmu dan senyummu padaku pagi itu. Segalanya masih sama. Indah jika kita sedng berdua dalam suka. Seperti biasa kau mencandaiku dengan gaya khasmu yang jahil dan akupun sebaliknya, tetap saja tergoda olehmu walaupun candaanmu selalu kau ulang setiap harinya. Iya: aku tak pernah merasa bosan dengan candaanmu,

Tapi semuanya berubah. Tawamu lenyap. Candaanmu hilang. Kau diam. Ketika pada tengah percakapan hangat kita aku bilang padamu bahwa aku akan "meninggalkanmu" segera. Cepat atau lambat kau tak akan melihat wajahku yang bundar katamu. Pipiku yang kenyal. Dan bibir monyongku. Aku memang harus pergi. Jujur, ini bukan mauku. Ini keinginan orangtuaku dan kewajiban bapakku sebagai salah satu kepala divisi yang harus siap dipindh tugaskan kemana dan kapan saja.

Awalnya aku tak ingin kau mengetahui dahulu namun toh aku pikir cepat atau lambat kau pasti tahu tantang hal ini. Aku merasa bersalah ketika sebenarnya aku telah melanggar janjiku untuk tetap bersamamu. Bukan hanya kau yang sedih, sayang. Aku juga sangat sedih mendengar kabar yang entah harus kukategorikan sebagai kabar baik atau buruk ini. 

Aku sadar bahwa beberapa bulan lagi, aku tak bisa memeluk tubuh tinggimu, aku tak bisa lagi menjambak rambutmu. Mencium pipimu. Membuatmu marah dan cemburu. Dan aku tak bisa lagi  mengungkapkan rinduku melalui senyum malu-malu setelah kau cium. Aku harus melipat rindu diantara kertas-kertas tugas, berkas pindahan, foto dalam dompet dan tiket nonton bioskop yang baru beberapa hari lalu kita beli. 

Rindu yang aku miliki harus kulipat kecil-kecil dalam jarak ratusan kilometer. Iya; melipat rindu.

Surabaya, 26 April 2014
Untuk kau yang bersedia menangis untukku

Tuesday 15 April 2014

Aqqqoooe CiendTa QaM00oeh



Aqqqoooe
Aqqqoooe
Aqqqoooe
Aqqqoooe
Aqqqoooe..............

CiendTa
CiendTa
CiendTa
CiendTa
CiendTa ................

QaM00oeh
QaM00oeh
QaM00oeh
QaM00oeh
QaM00oeh...............

Saturday 12 April 2014

Memeluk Bayangmu

Pagi ini bayanganmu kembali menggodaku. Meringsek masuk kedalam selimut hangatku. Kau memang  selalu tahu ketika aku sedang rindu. Seperti pagi ini, aku malas sekali untuk keluar dari selimut hangatku. Surabaya memang hujan kemarin malam, hawa dinginnya masih terasa hingga sekarang. Aku enggan menghiraukan terikan teman-teman kost ku yang mencoba mengganggu tidurku.

Mereka tak mengerti. Mereka tak mengetahui bahwa aku sedang bercumbu dengan bayanganmu di bawah selimut. Aku sedang bermain-main dengan bayanganmu. Aku dan bayanganmu sedang saling membelai menunjukkan kasih sayang yang 'kita' miliki. Betapa indah pagi ini.

Sesekali bayanganmu menggodaku. Menggigit dan meniup-niup bagian sensitifku. Tak mau kalah, aku membalasnya. Sesekali kuberi kecupan kecil di atas bibir. Hangat. Bahkan semakin panas ketika kita berdua sama-sama dibelenggu nafsu. Aku tak dapat mengendalikan diriku. Aku terlanjur jauh jatuh dalam pelukanmu. Aku tak dapat melepaskan bayanganmu begitu saja. Aku terlanjur menikmatinya.

Setelah lama kita bercumbu kesana-kemari. Aku melepaskan pelukanku. Aku lelah. Aku ingin istirahat. Namun bayanganmu selalu tahu bagaimana harus berbuat ketika aku lelah. Kembali, bayangmu menggodaku. Bayangmu memeluk hangat tubuhku. Ini yang aku sebut pelukan paling tulus diantara pelukan lainnya. Iya; tak perlu bertemu namun setiap detak jantungku selalu mendoakan dengan menyebut namamu.

Aku rindu.

Sungguh aku ingin menangisi diriku sendiri ketika aku sadar aku hanya mampu bercumbu dengan bayangmu pagi ini. Kita tak bertemu. Aku merindukanmu. Iya; sangat merindukanmu. Sungguh aku tak peduli seberapa sering aku bertemu denganmu. Sungguh aku tak peduli baru berapa lama kita berpisah. Rindu tetaplah rindu. Tak mengenal jarak dan waktu.

Melalui bayangmu, rinduku tersampaikan pada hatimu.

SURABAYA, 2014
"Memeluk Bayangmu"

Senyummu, Bayangmu dan Secangkir Kopi

Terimakasih kau telah hadir kembali
Setelah hujan tadi aku sendiri
Meringkuk sepi dalam secangkir kopi
Kini tidak lagi

Ada yang berbeda kali ini
Senyummu begitu manis tadi pagi
Tergambar jelas dalam secangkir kopi ini
Menggodaku untuk segera mencicipi

Dan kunikmati
Benar, begitu manis sekali
Serasa melayang kembali
Seperti kemarin pagi
Saat kau disini; secangkir kopi

Kunikmati
dan terus kunikmati
Dalam secangkir kopi ini
Agar aku tak lagi merasa sepi

Setiap pagi
Aku ingin menyulamnya
ditemani dengan bayangmu
Yang tergambar jelas dalam secangkir kopi

Surabaya, 14 April 2014
"Secangkir Kopi"