Malam ini lampu dirumahku padam. Iya. Memang sedang ada pemadaman listrik di sekitar wilayah rumahku. Ya. Ibuku sudah mondar-mandir kesana kemari untuk menyalakan lilin. Aku hanya diam di pojokkan ruang keluar sembari melihat ibu sedang menaruh beberapa lilin disana. Aku bertanya pada ibu yang saat itu sedang menyulut api pada sebuah lilin di dekat televisi.
"Bu, jika lilin itu leleh. Apakah apinya akan segera padam?" tanyaku menerawang.
Ibu hanya tersenyum melihatku. Aku melihat senyuman tulus seorang ibu dibawah gelapnya malam diterangi cahaya lilin yang temaram. Ibu tak menjawab pertanyaanku. Mungkin ibu tahu, aku bertanya pada ibu hanya untuk mengurangi rasa takutku. Ibu kembali menyulutkan api pada sebuah lilin yang ada di sebelah fotoku pada waktu kecil. Aku melihat wajahku saat itu, padanganku nanar. Betapa dulu aku tak merasa punya beban saat hrus tertawa di depan kamera yang pada waktu itu Ayahku sendirilah yang memotonya.
Akhirnya ibu selesai menyulut api pada lilin. Sekarang beliau duduk di sofa yang ada di depan televisi. Ibu menggebuk-gebukkan tangannya di sofa sembari berkata;
"Duduk sini, jangan disitu. Adem nduk." Ucapnya dengan logat Jawa yang kental.
Aku menurut saja dengan perintahnya. Aku duduk disamping ibu. Kusandarkan keplaku pada bahu terkuat yang selalu menopangku. Iya; bahu Ibu.
"Ibu, apakah aku kelak akan mendapatkan lelaki yang se-setia Ayah, bu? " Tanyaku tiba-tiba.
"Ya kalau kamu baik, kamu pasti akan mendapakan lelaki yang setimpal dengan kebaikanmu, nduk" jawab ibu sembari mengelus rambutku.
"Bu, jika kekasihku sekarang tak sebaik Ayah? Apakah engkau akan tetap menyukainya , bu?"
"Ibu hanya akan menyukainya jika kamu juga menyayanginya, nduk. Ibu yakin kamu dan kekasihmu akan terus saling memperjuangkan dalam kebaikan." Ucap ibu lirih, menguatkan.
Aku memeluk Ibu. Jika memang Ibu sudah mengatakan seperti itu. Aku sudah tak ragu jika melangkah bersamamu. Untuk kamu yang sekarang bersamaku. Kamu lelakiku. Bejanjilah, jika kamu tak akan menyakitiku dalam bentuk apapun; perasaan maupun perbuatan. Berjanjilah, untuk tetap berpeluk denganku; dalam suka maupun duka. Berjanjilah untuk selalu menjadi pahlawanku. Bukan hanya untuk 7 bulan kebelakang. Namun juga untuk bulan dan tahun kedepan. Aku mohon, berjanjilah...
Kediri, 27 Juni 2014