Saturday 20 September 2014

Menciumi Senja

Genggaman itu. Abadi sepanjang waktu.
Sudah pernah terjadi sebelumnya. Menciumi senja berdua. Denganmu saja. Merengkuh asa dalam balutan nirwana yang sedang menggelora dalam dua jiwa. Sore ini terjadi lagi. Aku menemukan kehangatannya lagi. Bukan tentang bara api yang membakar. Bukan tentang es batu yang membekukan. Tapi tentang berbagi senja yang menjingga. Berdua.

Kamu datang tanpa memberitahuku. Kamu datang dengan muka menggemaskan. Rasanya ingin sekali kupeluk segera. Namun fikiranku masih 'waras'. Aku sadar ini bukan tempatnya.Ini sudahpukul setengah 5 sore. Kita masih duduk berhadapan di bangku depan kosku. 

"Ke danau yuk". katamu tiba-tiba.

Aku mengangguk. Langsung kusetujui pintamu. Aku bergegas mengganti pakaianku. Lebih rapi dan pantas sekarang. Kita menendari sepeda motor menuju ke sebuah tempat yang biasa saja sebenarnya. Bahkan tak ada yang istimewa dari tempat itu. Iya; jika aku mendatanginya sendiri. Tanpamu. Namun ini berbeda. Tempat itu terasa amat sangat megah dengan segala hal yang mengitarinya. Segala hal yang berada disana. Namun, bukan semua hal itu yang membuatku menyukai tempat ini. Ini semua karena kau. Iya, kau memang selalu menunjukkan betap indahnya bersyukur atas kenikmatan apapun yang telah diberikan oleh Tuhan pada tempat manapun. Tak terkecuali danau ini.

Menunggu senja bukan hal aneh lagi bagi kau dan aku. Bagi kita inilah satu-satunya hal yang membuat kita rela berada di tempat itu lebih lama.

"Lihat! Bagus ya. Sayangnya kita tidak dapat memotretnya sekarang" Kataku sembari menunjuk bundaran kuning keoranyean yang indah itu. Dengan mengamit sebelah lenganmu. Kau berikan belaian lembut di kepalaku.
"Mungkin lain kali bisa kita mengambil potretnya, sayang" Katamu menenangkan.

Aku tersenyum kecil padamu. Bergelut manja di sebelah lenganmu. Kita berjalan menyusuri tempat itu. Mengumbar tawa. Melalui canda kuhaturkan segenap rasa nyaman dan amanku padamu. Setelah kita merasa lelah sembari senja juga lelah dan tenggelam. Aku dan kau pun memilih bersandar. Duduk di tepian. Saling menggenggam. Saling beradu pandang.

"Aku mencintaimu" Katamu seperti biasanya. Genggamanku masih belum terlepas.
"Aku juga sangat mencintaimu." Jawabku dengan semburat malu.

Lagi-lagi kau mengusap lembut kepalaku. Entah kenapa, aku merasa sangat nyaman ketika tanganmu bergerak lembut seperti itu. Dan lagi. Aku menggenggam erat tanganmu. Semakin erat. Semakin dekat. Aku mendapatkannya lagi. Beradu tatap tak lupa beradu hasrat. Nikmat.Hangat senja sore tadi.

Surabaya, 21 September 2014
Mneciumi Senja.

No comments:

Post a Comment